Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the cinema-house domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /www/indo0329/38.181.63.233/wp-includes/functions.php on line 6121
fafabola – Mengenal Thermal Runaway: Bahaya di Balik Kendaraan Listrik – fafabola

fafabola – Mengenal Thermal Runaway: Bahaya di Balik Kendaraan Listrik

Ilustrasi mobil terbakar

Lihat Foto

Thermal runaway menjadi salah satu risiko terbesar bagi pemilik kendaraan listrik.

Fenomena ini terjadi ketika suhu baterai meningkat secara drastis akibat reaksi berantai di dalam sel, yang dapat menyebabkan kebakaran atau bahkan ledakan.

Sebagai contoh, dalam video yang diunggah oleh akun X Innova Community, tampak sepeda motor listrik yang mengalami thermal runaway.

Kondisi ini terlihat ketika motor mengeluarkan asap hitam dari bagian baterai, dan tak berselang lama api besar langsung berkobar.

 

CEO PT Famindo Alfa Spektrum Teknologi, Willy Hadiwijaya, menjelaskan bahwa thermal runaway merupakan kondisi yang timbul sebelum terjadinya kebakaran pada baterai kendaraan listrik.

Menurut Willy, ada beberapa hal yang menjadi penyebab dari kondisi tersebut, mulai dari kerusakan fisik, suhu atau lingkungan, hingga waktu pemakaian.

“Misalnya, ada satu sel (baterai) yang rusak, mulai gembung, seperti kita tahu baterai handphone yang dulu itu gembung-gembung. Nah, itu tetap dihajar, diisi daya terus. Mulailah overcharging di situ, dan bisa terjadi thermal runaway,” ucap Willy kepada Kompas.com pada Senin (5/5/2025).

Willy melanjutkan, saat ini beberapa pabrikan kendaraan listrik sudah memiliki sistem keamanan dengan menyematkan Battery Management System (BMS).

Sistem ini berfungsi untuk memantau suhu, tegangan, dan arus listrik pada baterai agar tetap dalam batas aman.

“BMS sifatnya hanya untuk cut-off. Ketika pemilik smartphone sedang mengisi daya, dan baterai sudah 100 persen, maka otomatis cut-off, langsung berhenti mengisi. Motor dan mobil juga sama seperti itu,” kata Willy.

Namun, pada kenyataannya, beberapa kendaraan listrik saat ini dibekali dengan sistem baterai yang kurang baik, sehingga bisa membuat indikator cut-off tidak berfungsi.

Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang lama, maka akan membuat sel baterai rusak dan berujung pada kemungkinan mengalami thermal runaway.

Untuk itu, Willy menyarankan agar sejumlah pabrikan kendaraan listrik menyematkan sensor untuk mendeteksi kerusakan baterai, seperti teknologi Ballistic.

Teknologi ini juga sudah mengadopsi prinsip Internet of Things (IoT) dan bisa terhubung dengan ponsel pintar (smartphone).

Jika sensor mendeteksi adanya anomali seperti baterai overheating, overcharge, atau overdischarge, maka aplikasi dapat memberikan peringatan kepada pengguna.

“Jadi, sensor ini bisa membaca anomali pada baterai dan memberikan peringatan jika sampai dinyatakan bermasalah. Contohnya, normal standar harian mungkin dibaca ada learning machine-nya 55 derajat, tapi tiba-tiba melonjak menjadi 60, 61, 62. Kita sebagai pengguna bisa melihat apakah baterai kita sedang panas, tetapi sistem juga bisa mendeteksinya,” kata dia.